Thursday, March 24, 2005

Sadness

beberapa tahun yang lalu aku kira aku sudah tahu tentang kesedihan. Ternyata apa yang kurasakan sekarang adalah level yang bahkan tak pernah terbayangkan. Aku tak pernah ingat untuk mencari apa penyebab rasa tak bahagiaku - yang kurasakan hanya kesedihan. Aku tak juga peduli untuk melihat keluarlewat jendela kecilku, apakah mendung di luar sana, karena seluruh ruang dadaku dipenuhi kelabu...

Dalam hari-hari penuh sesak dengan surviving antara kebosanan, lelah, kantuk, dan marah, mungkin kesedihan tak mendapat tempat lagi. Tapi saat aku menghela napas, ternyata berhembus juga bisikan itu. Aku tak bahagia, aku tak bahagia. Dan di saat tangan-tangan sibuk mengerjakan hal-hal yang perlu dikerjakan, benakmu memutarkan potongan-potongan masa lalu di mana kau masih punya tujuan hidup selain surviving dari jam ke jam, dari hari ke hari. memikirkan lebih dari sekedar harapan bahwa waktu tidurmu akan tiba sebentar lagi.

Dan kau memutar lagu-lagu yang bahkan tak ada di daftar program "oldies" lagi, sekedar mengingatkan betapa bagusnya perasaanmu dahulu ketika masa-masa mudamu yang terwakilkan lagu-lagu itu berjalan. Apakah ini gejala-gejala penuaan, atau kegilaan ?
Dan di masa PMS mu kau ingin berteriak dan memukuli dinding. Kau ingin melemparkan vas baccarat hadiah pernikahan dari orangtua angkatmu ke dinding. Kau ingin membuka kulkas dan menumpahkan segenap isinya ke lantai dapur, lalu menginjak-injaknya (ya, termasuk telur-telur dan potongan kue ulang tahunmu).

Apakah semuanya mulai masuk akal ?

Seandainya aku tak seintrovert ini, mungkin aku sudah berlari telanjang di jalanan dan meneriakkan sesuatu yang jahat tentang pemerintah atau apalah. Tapi tidak, yang kulakukan hanyalah menulis semuanya ini di notepad-ku, sementara koneksi internet yang brengsek juga tak mengizinkanku untuk menumpahkan kekesalanku di blog ku, seperti orang-orang modern yang bermartabat lainnya.

Terus apa sih kesimpulannya?

Tidak ada. Karena ini bukan disertasi S2-ku atau novel pertamaku atau apa. Ini cuma omong kosong yang mungkin dapat mengurangi gejala penuaan (atau kegilaan?) yang moga-moga bisa membuat kalian semua menyadari bahwa kita semua semakin mendekati..... kematian.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home